"Shalat dan ceramah subuh dari masjid ke masjid rutin dilakoni Walikota Bogor. Cara Baru menyelami hati rakyat"
Oleh Dwi Hardianto
Sabili-PKS Boteng Hari masih gelap. Kabut putih yang menyelimuti sebagian kawasan kota, menambah dingin suasana. Hujan yang menggusur sejak sore hingga lepas ‘Isya masih menyisakan bekas. Dedaunan yang berguguran dan genangan air di sisi halaman belum dibersihkan. Tapi Toyota Landcruiser dan Kijang Kapsul yang diparkir di halaman depan sudah siap meluncur.
Tepat jam 03.30 WIB, rombongan kecil Walikota Bogor Drs. Diani Budiarto, MSi, supir dan ajudan di dalam Landcruiser serta beberapa staf Humas Pemkot di mobil satunya, meluncur meninggalkan rumah dinas di pusat kota. Tanpa pengawalan an protokoler resmi, orang nomor satu di Kota Hujan ini menjalankan misi rutinnya. Shalat subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan ceramah. Kali ini targetnya sebuah masjid di kawasan Bantat Kemang, Bogor Timur.
Setelah menempuh perjalanan hamper setengah jam, rombongan pun sampai di lokasi. Sayag, gang sepanjang lebih dari 500 meter itu tak bias dilalui mobil. Dengan sigap, sang walikota yang akrab dipanggil Pak Diani ini turun. Meski mengenakan gamis dan peci putih serta menyandang kafiyeh.
Rupanya, masjid masih terkunci gelap gulita. Hanya cahaya bohlam 10 watt yang menerangi teras mesjid. Beberapa rumah disekitarnya, juga suyi. Tanpa dikomando, Edi, seorang staf Humas, mengetok pintu takmir masjid. ”Inilah kodisi umat Islam. Ini terjadi di pelosok negeri. Bagaimana kita bisa bangkit memimpin peradaban, jika shalat subuh berjamaah masih enggan,” ujar Diani sambil istighfar.
Ketika mengetahui walikota menyambangi masjid, sang marboth pun tergopoh-gopoh membuka pintu, menggelar karpet, menyalakan lampu, dan pompa air. Ternyat air tak mengalir. Tanpa berkomentar, ia melangkah ke kamar mandi. Alhamdulillah, air di bak terisi penuh.
Melalui pengeras suara, marbot mengumumkan bahwa masjid AL Mukmin ini kedatangan Walikota. Sepulh menit menjelang azan, jamaah pun berdatangan. Akhirnya, setelah shalat qabliyah subuh, jamaah merapatkan shaf menunaikan shalat subuh. Alamdulillah, dua shaf jamaah pria dan satu shaf jamaah perempuan memenuhi masjid. Usai shalat, acara dilanjutkan dengan ceramah dan dialog.
Diani yang mengawali karir di birokrasi sebagai staf Bagian Kepegawaian Pemkot Bogor tahun 1979 ini, memberi taushiyah tentang cara mekmakmurkan masjid. Selanjutnya, alumnus Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) 1985 ini, membeberkan program-program Pemerintahan Kota Bogor. Dalam dialog, alumnus Pasca Sarjana UI 2005 ini juga memperoleh gambaran riil persoalan warga bantar kemang.
Itulah sepenggal aktivitas rutin yang dilakukan Walikot Bogor. Bapak berputra delapan ini, mempelopori dakwah subuh sejak pekan pertama menjadi Walikota, April 2004. hingga naskah ini ditulis, pria kelahiran Bandung 14 Januari 1955 ini, sudah menjelajahi lebih dari 560 masjid dari 670 masjid yang ada di Kota Bogor.
Meski jabatannya akan berakhir Agustus mendatang, suami dari Dra. Hj. Fauziah, MM ini tetap menjalankan dakwahnya, mengetuk pintu masjid yang belum disambanginya. Dari pantauan Sabili terakhir, ia mengunjungi sebuah masjid di kawasan Pagentongan, Keluarahan Loji, Bogor Barat, Rabu (11/6). Ini menunjukkan konsistensi dirinya sebagai pemimpin. ”Orientasi saya akhirat, bukan dunia,” tuturnya kepada Sabili.
Karenanya, mantan Kepala Dinas (Kadin) Kebersihan (1991), Kadin Kebersihan dan Taman (1993) serta Kadin Pariwisata (1995) ini, mengaku tak punya agenda populis dari program ini. ”Jika untuk popularitas, saya akan siapkan acaranya dan mengundang pers. Tapi ini tidak, semua dikerjakan oleh tim kecil tanpa publikasi. Waktu awal-awal, banyak pejabat mau ikut, tapi saya larang. Kenapa? Karena ini tanggung jawab moral dan pribadi saya sebagai pemimpin, bukan tanggung jawab dinas,” ujarnya.
Meski begitu, walikota yang tak menyukai protokoler ini memiliki tujuan dari dakwahnya. Pertama, memberi teladan pada warga agar shalat berjamaah di awal waktu. ”Di akhirat saya akan ditanya tentang jabatan ini. Saya takut tak bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah,” lanjutnya. Kedua, agar mengenal persoalan riil warga. Ketiga, sarana silaturahim. ”Dengan silaturahim akan terjalin komunikasi, sehingga saya tahu apa persoalan warga dan warga pun tahu apa yang saya kerjakan,” jelasnya.
Walikota yang sudah menempuh pendidikan SPAMA, SPAMEN dan LEMHANAS ini juga mengaku bahwa dakwah subuh ini berfungsi untuk memangkas hambatan birokrasi ABS (Asal Bapak Senang). ”Bagaimana saya bisa memberi solusi pada warga, jika saya tidak melihat dengan mata kepala sendiri, tidak mengenal dengan baik obyek persoalan yang akan jadi sasaran. Dengan turun langsung saja masih bisa dibohongi apalagi hanya mengandalkan laporan,” tegasnya.
Terkait praktik ”buruk” aparat birokrasi di negeri ini, ia menuturkan, sebagai birokrat yang sudah mengabdi 29 tahun, ia tahu betul apa yang dikerjakan birokrat sehari-hari. Karenanya, ia ak mudah percaya dengan laporan bawahan sebelum melihatnya langsung. ”saya ingin mengetahu langsung, mana warga yang miskin? Anak-anaknya yang tidak sekolah ? Yang tidak bisa ke rumah sakit? Yang nggak kebagian BLT? Dan persoalan lain,” terangnya.
Apakah terinspirasi Khalifar Umar bin Abdul Aziz ? Mantan Asisten Administrasi Pembangunan (1999), Tata Praja (2000), Pemerintahan-Kesos (2001) dan Asisten Pemerintahan (2002) mengatakan, sebenarnya program ini berjalan otomatis saja. ”Jika kemudian dikaitkan dengan Khalifah Umar bin Khatab atau Umar bin Abdul Aziz, bisa aja. Tapi saya belum pernah membedah kepemimpinan dua manusia besar itu secara komprehensif. Pengetahuan saya tentang sirah Rasul dan sahabat juga terbatas,” katanya merendah.
Kepada Sabili, mantan Camat Bogor Timur (1987) secara jujur menuturkan bahwa dakwah Subuh ini merupakan format kepemimpinan di Kota Bogor. ”Programnya simple. Siapapun yang menjadi pemimpin, jika ia seorang muslim harus melaksanakan hal ini. Presiden Iran, saat menjadi Walikota Teheran juga melakukannya. Prinsipnya begini, jika ia seorang pemimpin Muslim sejati pasti akan melakukan hal yang sama sebagai bentuk tanggung jawab pada dirinya,” tandas Diani.
Selanjutnya, Diani mengingatkan pada pemimpin yang sering berbicara akan berjuang untuk rakyat. Menurutnya, bagaimana bisa berjuang, jika sepanjang hari tidur nyenyak dan makan enak. Sementara sebagaian warganya tidak bisa tidur karena tak punya makanan atau mikirin anaknya belum bayar sekolah. ”ini persoalan sederhana tapi riil. Darimana saya bisa tahu jika mengandalkan laporan sedetail ini, karenanya saya harus turun langsung,” urainya.
Kini, jumlah warga miskin di Kota Bogor yang sudah diberdayakan melalui dakwah ini mencapai ribuan orang. Semuanya hasil penjaringan langsung bukan laporan aparat birokrasi. ”ternyata banyak warga miskin yang terserang kanker, tumor, sakit menahun, anaknya putus sekolah, aki-aki dan nini-nini jompo, usaha kecil yang perlu modal, pembinaan dan lainnya. Alhamdulillah, semua bisa ditangai dengan secepatnya, katany lega.
Di ujung masa jabatannya ini, Diani juga mulai menuai buah dari kerja dakwahnya. Kepribadian dan kepemimpinannya ternyata sangat dicintai warga. Survei yang dilakukan oleh hampir seluruh partai politik untuk kepentingan Pilkada, nama Diani selalu muncul pada urutan pertama. Melihat realitas ini, sebagian besar partai pun mengusungnya kembali menjadi calon Walikota Bogor periode 1999-2014.
Awalnya, ia tak menanggapi dukungan ini. Ia justru bertanya, ”Apa sebenarnya motivasi jadi walikot, sementara persoalan kota ini begitu banyak. Saya takut tak bisa menyelesaikan dan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT ?” Tapi, setelah ulama se-Kota Bogor yang berkumpul di Pesantren Al Ihya meyakinkan dirinya, ia hanya bisa sami’na wa atho’na (kami dengar, dan kami patuh). Keyakinannya kian besar, setelah PKS Kota Bogor mendukung dirinya berpasangan dengan Achmad Ru’yat. Akhirya pasangan Diani-Ru’yat pun resmi mengikuti Pilkada, Agustus mendatang.
*Sumber: Majalah SABILI No. 26 TH XV 10 JULI 2008/ RAJAB 1429 H
Jumat, Juli 25, 2008
Dakwah Subuh Sang Walikota Bogor
Label:
Berita,
Diani Budiarto,
Pemilu Walikota,
Pilkada Bogor
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar