Mari Bekerja Untuk Indonesia !!

PKS Working Party

Senin, Juni 21, 2010

Menimbang Dukungan untuk Keterbukaan PKS


Kompas --
Gaung keterbukaan yang menggema keras dalam Musyawarah Nasional II ini juga disambut antusiasme sebagian publik. Antusiasme tersebut ditunjukkan dengan menyatakan bersedia menjadi anggota PKS apabila partai ini berubah menjadi partai terbuka. Hal ini terekam dalam jajak pendapat yang diselenggarakan Litbang Kompas pada 16-18 Juni 2010. Dari 702 responden jajak pendapat, proporsi responden yang menyatakan bersedia menjadi anggota dengan yang tidak bersedia cukup berimbang, masing-masing 43,2 persen menyatakan bersedia, sementara 43,0 persen lainnya menolak menjadi anggota jika partai ini berubah menjadi partai terbuka.

Meski demikian, respons publik yang berimbang ini akan tampak sebagai dukungan positif menjadi anggota apabila dikaitkan dengan pilihan partai politik responden pada Pemilu 2009. Jajak pendapat ini mengungkapkan bahwa pemilih partai-partai lain ”mungkin” akan bergabung dengan PKS apabila keterbukaan jadi diterapkan. Di antara responden yang sebelumnya memilih Partai Demokrat, terdapat proporsi 43,4 persen yang menyatakan bersedia menjadi anggota PKS apabila partai ini menjadi partai terbuka. Kesediaan responden itu juga berlaku untuk konstituen dua partai besar lain, yakni Golkar (34,2 persen) dan PDI-P (42,9 persen).

Akan tetapi, perubahan itu belum tentu menguntungkan apabila dilihat dari internal basis massa tradisional PKS. Perubahan tersebut disikapi dengan penolakan sebagian dari konstituen PKS sendiri. Jajak pendapat ini mencatat bahwa di antara responden yang memilih PKS pada Pemilu 2009, terdapat 34,0 persen yang menyatakan akan hengkang dari PKS jika partai ini mengubah diri sebagai partai terbuka. Hal ini mudah dipahami, mengingat sejak awal pendiriannya, partai ini kental meniupkan roh keislaman kepada para kader dan anggotanya. Namun, dukungan dari 59,7 persen konstituen PKS untuk membuka diri cukup menjadi penanda bahwa langkah tersebut kini tetap bisa dilaksanakan meski perkembangan partai ke depanlah yang pada akhirnya akan menentukan kesetiaan.

Citra terbuka

Dukungan publik atas peralihan PKS menjadi partai terbuka tecermin pula dalam pola penilaian masyarakat atas penyelenggaraan organisasi partai. Berkaitan dengan perekrutan anggota, separuh responden (49,3 persen) menyatakan, PKS merekrut anggota secara terbuka. Bahkan, lebih dari separuh responden (62,0 persen) menilai, PKS saat ini pun sudah merupakan partai yang terbuka untuk semua agama. Pola penyikapan ini tak dimungkiri berkaitan dengan kenyataan bahwa PKS juga mempunyai pendukung dari kalangan non-Muslim, seperti di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Lebih dari itu, PKS kini memiliki 20 anggota legislatif non-Muslim yang sebagian besar merupakan anggota DPRD di Papua.

Masih berkaitan dengan pengorganisasian partai, publik menilai, PKS merupakan partai yang terorganisasi dan solid. Penilaian ini dikemukakan oleh sebagian besar responden (80,2 persen). Soliditas para pengikut PKS dibuktikan oleh hasil survei Litbang Kompas menjelang Pemilu 2009 yang menyatakan bahwa terdapat hampir 77 persen konstituen PKS pada Pemilu 2004 yang waktu itu akan memilih kembali PKS pada Pemilu 2009.

Selain soal penyelenggaraan organisasi partai, penilaian cukup positif juga diberikan publik terutama yang berkaitan dengan identitas PKS sebagai partai berbasis massa Islam.

Dalam jajak pendapat ini terungkap bahwa separuh lebih responden (66,8 persen) tidak setuju apabila PKS disebut sebagai partai garis keras. Meski dinilai bukan sebagai partai garis keras, PKS dilihat oleh separuh lebih responden (57,8 persen) tetap memiliki identitas Islam yang kental. Karakteristik Islam yang kuat ini bisa jadi dihubungkan dengan ”stigma” yang kerap melekat bahwa perjuangan partai ini untuk menegakkan syariat Islam di negeri ini.

Dukungan ataupun penolakan responden jajak pendapat ini yang cukup berimbang terhadap rencana PKS mengubah orientasi partainya merupakan cerminan dari perdebatan yang masih berlangsung di tubuh PKS dalam menyikapi angin perubahan.

Sumber: Harian Kompas Senin, 21 Juni 2010 (dengan sedikit perubahan dr redaksi)

0 komentar: