Oleh : Akmal Sjafril (http://akmal.multiply.com)
Maaf, kami bukan partai murahan seperti itu. Sebelum jadi partai pun kami sudah aktif dalam aksi-aksi kemanusiaan, apalagi untuk Palestina. Jauh sebelum itu, para qiyadah kami sudah menggadai nyawa demi Palestina. Bagi kami, Al-Quds bukan di seberang lautan, melainkan sejarak uluran tangan. Memang hanya sedikit yang bisa kami lakukan, namun Allah Maha Teliti perhitungan-Nya.
Maaf, seandainya yang kami lakukan tempo hari itu dianggap kampanye. Jika kampanye adalah berkumpul, hura-hura, bersorak-sorai, sambil mengenakan atribut partai, maka kami bukanlah partai yang menggantungkan diri pada hal tersebut. Kami hanyalah sekelompok hamba Allah yang sederhana dan mudah dikenali. Jangankan dengan atribut partai, tanpa atribut pun biasanya orang mudah mengenali kami.
Kata Al-Qur’an, tidak ada shibghah yang lebih kental daripada shibghah Allah. Sudah pernahkah Anda mendengar kata ini? Jika kaus putih Anda berwarna merah setelah dicelup dalam cairan pewarna merah, itulah shibghah. Iman memang letaknya di dalam hati, namun tak mungkin sepenuhnya disembunyikan. Adakalanya hati ini bangkit ‘izzah-nya dan meluap-luap sampai orang-orang bisa melihatnya dari sorot mata, gurat senyum, dan tangan yang terkepal.
Maaf, kami memang tak pernah mementingkan atribut. Atribut apa pun yang dipakai, orang bilang kami ini begitu mudah dikenali. Kami hanya berdoa, itulah shibghah Allah; yang lebih kentara warnanya daripada warna-warni lainnya.
Kami sadar bahwa kami hidup di tengah-tengah peradaban yang begitu mementingkan atribut. Dengan atribut pun media massa masih tidak adil terhadap umat Islam; seolah-olah umat ini tak pernah memeras keringat demi negara. Masih ada saja yang bilang, “Buat apa mengurusi Palestina, sementara negeri sendiri ditelantarkan?” Sebagian diantara kami berkesimpulan bahwa inilah yang terjadi jika atribut ditanggalkan. Orang tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu) bahwa kami pun ikut menyumbang negeri ini dengan darah, keringat, dan air mata. Oleh karena itu, kami pun tak berani meremehkan atribut.
Maaf, pikiran kami tak pernah sampai ke tempat yang Anda-Anda bicarakan. Beberapa hari sebelum aksi itu, SMS bertebaran. Salah satu SMS yang kami terima berbunyi : “Kerahkan semua tenaga demi Palestina! Sumbangkan waktu, tenaga, suara dan hartamu untuk jihad! Ikutilah aksi demonstrasi mendukung Palestina, dari Bundaran HI sampai Kedubes Amerika pada 02/01/09! Kenakan atribut partai, tunjukkan bahwa kader PKS bulat suaranya mendukung saudara-saudara kita di Palestina!” Sebagian SMS yang lain nadanya lebih formil, namun kurang lebih seperti itu. Tak sekalipun terdengar seruan untuk mendulang suara dari melayangnya nyawa para syuhada di Palestina. Tak ada secuil pun usaha untuk menarik simpati masyarakat kepada PKS. Semua orang tahu siapa kami, dan semua orang tahu bagaimana sikap kami terhadap Palestina. Kami tidak pernah merasa perlu melakukan kampanye dengan cara begini.
Maaf, jika definisi “partai politik” dalam benak Anda berbeda dengan kami. Hemat kami, parpol hanyalah satu dari sekian banyak sarana yang dapat digunakan, mulai dari memberantas korupsi, menyusun regulasi, mendukung agenda pengentasan kemiskinan, sampai advokasi terhadap perjuangan rakyat Palestina. Partai kami tidak banyak duit, sehingga kami tidak bisa mendulang suara dengan cepat lewat jalur money politic. Kami tidak menjanjikan uang atau nasi bungkus kepada kader-kader kami untuk berkumpul di sekitar Bundaran HI. Mereka datang jauh-jauh dari Depok, Bogor, bahkan Cimahi dan Majalengka, murni dengan biaya sendiri. Mereka rogoh kantung sendiri untuk datang dan menunjukkan pada saudara-saudaranya di Palestina bahwa di negeri ini masih banyak yang peduli dengan nasib mereka. Mereka bahkan diinstruksikan untuk membawa bekal sendiri, meskipun alhamdulillaah sebagian besar berhasil mengkoordinir konsumsi bersama.
Inilah ikatan yang lebih kuat daripada kewarganegaraan, ikatan perjanjian, ataupun pertalian darah. Aqidah-lah yang membuat mereka mengesampingkan semua agenda pada hari itu demi membela saudara-saudaranya yang mati dibunuh dan hidup ditindas. Aqidah-lah yang membuat jarak sebentang samudera bagaikan hanya sejarak uluran tangan saja. Mereka adalah saudara-saudara kami. Orang tua mereka adalah orang tua kami, dan anak-anak mereka adalah anak-anak kami. Betapa pedih hati ini memikirkan penderitaan mereka, dan betapa menderita hati kami karena begitu sedikitnya bantuan yang bisa kami berikan.
Maaf, barangkali pikiran kami memang demikian terlena dengan korban yang terus berjatuhan di Palestina. Ketika diminta berkumpul, kami pun menjawab panggilan itu. Menggunakan atribut partai adalah refleks, karena memang kami adalah kader partai. Banyak juga kader yang tidak punya atribut partai dan datang seadanya. Tapi tak mengapa, karena memang kami tidak mementingkan atribut. Itu hanya refleks semata, sekedar untuk menunjukkan identitas. Memang pikiran kami terfokus penuh kepada Palestina, sehingga lupa pada aturan Pemilu. Pasalnya, partai kami ini memang tidak hanya sibuk menjelang Pemilu. Bagi kami, Pemilu hanyalah satu dari sekian banyak hal dalam agenda partai. Kampanye kami tidak mesti dengan bendera dan pengerahan massa, melainkan yang utama adalah dengan pemikiran dan prestasi. Semua orang tahu siapa kami.
Maaf, saat itu kami memang tak pernah kepikiran tentang Pemilu. Bukan sekali ini saja kami mengerahkan sekian ribu kader untuk mendukung Palestina. Jika 7% pemilih pada tahun 2004 yang lalu memilih PKS, maka kami ingin semua orang tahu bahwa yang 7% itu semuanya mendukung Palestina. Itulah manfaat atribut bagi kami, lainnya tidak. Palestina menyita banyak sekali ruang pikiran kami, sehingga perebutan suara di Pemilu esok hari terlupakan begitu saja. Maaf jika hal ini barangkali sulit dipercaya, namun demikianlah adanya. Anda tahu siapa kami.
Maaf, kebanyakan diantara kami memang tak bisa memberikan rumah bertingkat, mobil mewah, atau sekolah keluar negeri bagi anak-anak dan istri kami. Namun kami berusaha sebisanya untuk menjaga kehangatan keluarga. Kami ikat keluarga kami, bukan hanya dengan ikatan keluarga, melainkan juga dengan aqidah. Ayah, istri, dan anak-anak, semuanya turut mendukung dakwah. Karena mendukung Palestina adalah tuntutan aqidah, maka kami tak sempat lagi memikirkan Pemilu dan segenap aturannya. Mungkin jika Anda melepaskan sejenak kacamata politik konvensional yang selalu Anda kenakan itu, Anda akan paham apa yang kami jelaskan ini.
Maafkan pula jika reaksi kami berbeda dengan persangkaan orang banyak. Anda punya kekuatan hukum dan politik untuk menjebloskan para qiyadah kami ke penjara, tapi Anda takkan punya kuasa untuk memadamkan api dakwah. Anda semestinya belajar dari Mesir, Turki, atau Palestina; negeri-negeri di mana dakwah tidak pernah (dan takkan) punah. Kami bukan partai picisan yang hilang akal jika qiyadah kami dipenjara atau dibunuh sekalipun, dan qiyadah kami bukanlah aktifis kemarin sore yang terkencing-kencing ketakutan diancam dengan terali besi. Buya Hamka, Sayyid Quthb, Ahmad Yassin dan banyak mujahid lain telah mengikuti jejak Nabi Yusuf as. yang tak berhenti berkembang dari balik jeruji. Jika Allah menghendaki para ulama untuk masuk penjara, itu artinya mereka dipanggil untuk menyendiri bersama-Nya. Insya Allah ketika sudah lulus dari ‘madrasah penjara’, mereka telah berkembang menjadi pribadi yang jauh lebih perkasa dan jauh lebih menyeramkan di mata musuh-musuh Allah.
Maaf, kami memang beda. Tapi kami meminta maaf bukan karena berbeda, melainkan karena belum berhasil membuat Anda mengerti. Semua orang tahu siapa kami. Anda pun pasti tahu. Adakalanya kami berbuat kesalahan, lupa dan lalai, namun hal itu tentunya tak sampai membuat orang lupa siapa kami ini sebenarnya. Kami takkan berhenti memperjuangkan apa yang selama ini kami perjuangkan, dan melawan apa yang selama ini kami lawan. Namun kami janji, lain kali akan lebih waspada terhadap tipu daya.
Senin, Januari 19, 2009
Maaf, Kami Beda !
Label:
Event DPP,
Palestina,
Tiffatul Sembiring
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
wah wah, beneran ada euy... :D
Posting Komentar