Mari Bekerja Untuk Indonesia !!

PKS Working Party

Rabu, Desember 10, 2008

Khutbah Iedul Adha 1429 H Presiden PKS


UKHUWWAH DAN SOLUSI KRISIS-KRISIS
(disampaikan di Masjid Agung Medan Sumatera Utara)
Oleh: Ust. Ir. Tiffatul Sembiring

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillahil Hamd.

Hadirin kaum muslimin dan muslimat rahima kumullah,

Hari ini takbir berkumandang di seluruh dunia, membesarkan nama Allah swt. Gema takbir yang disuarakan oleh lebih dari satu seperempat milyar manusia di muka bumi ini, menyeruak disetiap sudut. Di lapangan, di surau-surau, di desa-desa, di gunung-gunung, di kampung-kampung di seluruh pelosok negeri Islam.

Pekik suara itu juga kita bangkitkan disini, dibumi tempat kita bersujud. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh rendah suara malaikat nan tengah khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada Allah swt. Getarkan qalbu mu’min, yang tengah dzikrullah, penuh mahabbah, penuh ridho, penuh roja, harap-harap cemas akan hari perjumpaan dengan Khaliq, Pencipta. Takbir berkumandang di seluruh dunia.

Di Palestina,
Dimana Yahudi La’natulllah ‘alaihim tengah bersorak sorai setelah sukses menipu kaum muslimin. Sebanyak 400 pemuda Hamas yang berani mati di eksekusi, setelah peluru terakhir mereka habis ditembakkan. Ribuan tentara Yahudi Israel semakin gencar menggilas dan memporak porandakan tempat tinggal kaum muslimin, kaum lelaki dibunuh, anak-anak dianiaya dan perempuan-perempuan dinodai.

Masjidil Aqsha yang mereka injak-injak kehormatannya. Di tanah yang telah diwashiyatkan oleh Umar Ibn Khattab untuk dijaga, negeri yang telah ditebus oleh Sholahuddin Al-Ayyubi dengan darah para syuhada. Kini mereka mengadu domba antara Fatah dengan Hamas, membelah dua negeri itu dan berupaya memojokkan para pejuang Palestina. Maha terpuji Engkau Ya Allah Dalam limpahan nikmat yang menyenangkan kami.
Dalam genangan darah yang menyedihkan hati kami Dalam kobaran api dendam musuh-musuhMu dan musuh kami yang meluluh lantakkan rumah-rumahMu, Tempat bernaung hamba-hamba-Mu.

Takbir berkumandang Di Iraq,
Negeri dengan bangunan-bangunan bersejarah nan telah rata dengan tanah, kekayaan ummat yang coba dijarah oleh Amerika. Setiap hari kita saksikan pembunuhan demi pembunuhan. Penangkapan dan penggeledahan rumah-rumah yang kerap disertai dengan penganiayaan. Dan hati kita sedikit terobati, kala tentara penjajah tersungkur, dihajar peluru-peluru mujahiddin.

Sudah 700.000 kaum muslimin Iraq mati terbunuh. Inilah ulah sikap bar-bar dari George Bush, yang telah dikutuk oleh masyarakat dunia termasuk oleh Rakyat Amerika sendiri. Oh, Fallujah, Oh Samara. Negeri muslim yang mereka bombardir setiap hari. Darah ummat menggenang, nyawa-nyawa tak berdosa meregang, korban-korban cacat hidup penuh penderitaan.

Di Afghanistan, Keping-keping reruntuhan, seolah wilayah yang tak lagi bertuan. Puas memborbardir kawasan muslim ini, tentara Amerika pergi menghindar dan membiarkan penduduknya terlantar.

Takbir berkumandang di Bengkulu, di Muko-Muko, di Lais di Argo Makmur Puluhan ribu rumah hancur, ribuan masjid rubuh 60 kali lebih frekwensi gempa terjadi mengguncang tanah Meratakan lebih 26.000 bangunan dan rumah 300 masjidpun tak bisa lagi digunakan lagi untuk beribadah. Marilah kita berlindung kepada Allah dari segala macam musibah. Ya Allah jauhkanlah kami dari segala macam musibah. Jangan luluh lantakkan negeri kami, tempat kami menyembah dan bersujud kepada Engkau Ya Allah.

Ya Allah jadikanlah negeri ini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd

Allahu Akbar, Allah Maha Besar
Allah Maha Besar dimana-mana
Allah Maha Besar diatas segala makhluk-makhlukNya
Allah Maha Pelindung dan Penolong
Lindungannya amat kuat
Allah penguasa Hari kiyamat
Hari yang Maha dahsyat
Hari ketika seorang ibu melemparkan bayi yang tengah disusuinya
Hari ketika setiap yang hamil gugur
Hari yang manusia seperti mabuk, padahal sesungguhnya mereka tidak mabuk.
Akan tetapi adzab Allah sangat kerasnya (Qs 22:2-3)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillahil Hamd.

Hadirin Jama’ah ied yang berbahagia,
Pada hari ini, kita berkumpul untuk melaksanakan sholat Iedul Adha, setelah kemarin jutaan ummat Islam melaksanakan wuquf di Padang Arafah, dan hari ini akan dilanjutkan dengan pelontaran jumrah serta tahallul ula.

Semoga, seluruh usaha ibadah kita ini menjadi pemberat timbangan kebaikan kita di yaumul mizan kelak, semakin taqarrub kita kepada Allah, serta memperoleh buah ibadah yang dijanjikan, yaitu derajat orang-orang yang bertaqwa. Sebentar lagi -insya Allah beberapa hewan qurban akan disembelih, ada sapi, ada kambing, ada kerbau. Para ibu-ibupun telah menyiapkan hidangan ketupat serta makanan tambahan. Semoga kurban yang kita lakukan hari ini, meningkatkan ketaqwaan kita disisi Allah swt. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillahil Hamd.

Hadirin/at jama’ah sholat Ied yang berbahagia,
Pelaksanaan Haji Iedul Adha kali ini disertai dengan krisis moneter yang menghantam seluruh dunia. Diawali dari persoalan dalam negeri Amerika Serikat, kasus macetnya kredit perumahan yang kemudian menjadi kisruh dan tidak terkendali, dengan system jaminan bertingkat, menyebabkan ambruknya system keuangan dan pasar saham di Amerika Serikat. Ditandai dengan bangkrutnya perusahaan Yahudi terbesar Lehman Brothers, sehingga pemerintah George Bush harus mengeluarkan talangan (bailout) sebesar 700 M dollar, setara dengan 8.500 trilyun rupiah.

Penyebabnya tidak lain kecuali, kerakusan dan ketamakan manusia yang sangat keterlaluan, ekonomi sistem super ribawi, ambisi untuk senantiasa menciptakan peperangan dan konflik yang memakan biaya yang sangat besar, khususnya di Irak dan Afghanistan. Dimana tentara AS telah membunuh lebih dari 700 ribu kaum muslimin Irak dan puluhan ribu di Afghanistan.

Seperti aliran air bah, krisis ini mengalir ke seluruh dunia, menghantam seluruh sistem keuangan Negara, termasuk Indonesia. Para pemain saham bergeletakan dilantai bursa, rupiah terpuruk ke level hampir 13.000/USD, PHK mulai marak, pabrik tak sanggup lagi beroperasi, jumlah orang miskin semakin membengkak, beban hidup rakyat terasa makin berat. Eksport Indonesia terganggu, hasil-hasil perkebunanpun jatuh dipasaran, membuat banyak orang jadi merana. Namun sebagai orang beriman dan taqwa, kita masih punya Allah. Allah swt, yang jauh lebih besar dari segala yang ada.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd

Hadhirin dan Hadhirat jama’ah sholat Ied yang dimuliakan Allah swt,
Akan tetapi ketahuilah bahwa ibadah haji dan Qurban ini, bukanlah sekadar peristiwa ritual belaka, apalagi bersifat ceremonial. Syari’at haji diturunkan setelah Rasulullah saw. beserta shahabat melalui pengorbanan dan jihad yang panjang. Kita tentu tidak mudah melupakan bagaimana perjalanan Rasulullah saw. dan para pejuang Islam dimasa awal penegakan Ad-diin ini. Mereka berjuang dengan pengorbanan demi pengorbanan baik harta, darah bahkan nyawa.

Bagaimana perlakuan bengis kaum musyrikin Quraisy terhadap kaum muslimin dikala itu. Kita tentunya masih ingat, bagaimana Rasulullah saw. dianiaya oleh ibnu Muith. Ketika leher beliau dicekik dengan usus onta. Bagaimana Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Bagaimana Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari siang. Bagaimana Yasir dibantai, bagaimana seorang ibu yang bernama Sumayyah, ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak. Bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah saw. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy di Syi’ib Banu Hasyim, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas. Ooh begitu beratkah derita yang mesti di alami kekasih Allah, si pembawa risalah?.

Di Makkah ini pulalah, beliau kehilangan isteri beliau Khadijah, seorang wanita yang sangat beliau cintai. Wanita, dimana beliau dapatkan seseorang yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya secara tulus dan ikhlas. Setelah beliau jalani masa-masa kepahitan hidup yang panjang, tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa kakek, tanpa kerabat yang membela risalah.

Bagaimana kesusahan beliau tatkala pergi berda’wah ke Thaif, bukannya disambut baik-baik oleh penduduknya, malah dilempari dengan batu, hingga Rasulullah saw berdarah-darah, lari dengan muka pucat pasi dengan shahabat Zaid bin Haritsah. Assalamu’alaika ya Habiiballah. Seorang kekasih Allah berdarah-darah, lantaran hanya ingin berdakwah menyelamatkan penduduknya?? Beginilah curhat Rasulullah saw kepada Allah saat itu. Ya rabbi…

Pada periode Madinahpun, terjadi beberapa peristiwa besar, dimana pada saat-saat tempat berpijak belum lagi kokoh, dikala derita kepayahan setelah berhijrah belum lagi sirna. Allah swt. telah memberikan sebuah proyek besar, yaitu perang Badar. Perang ini berlangsung pada bulan Ramadhan, dimana kaum muslimin berhasil membunuh 70 orang tentara musyrikin, sementara di pihak kaum muslimin tercatat syahid sebanyak 14 orang shahabat terpilih. Namun, sebagaimana manusia biasa , terkadang ada jenak-jenak fithrah beliau sebagai manusia muncul, ketika beliau saw. merasa rindu akan kampung halaman, Kota Makkah yang telah lama ia ditinggalkan.

Bahkan beliau pernah menangis dihadapan Bilal bin Rabah, ketika beliau terkenang akan sejumput izkhir yang tumbuh di lembah Makkah. Aku rindu untuk bermabit di tepi sebuah danau Sementara disekelilingku izkhir dan jalil

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Walillahil Hamd.

Hadirin Rahimakumullah,
Selanjutnya dapatkah kita bayangkan, bagaimana suasana haji pertama kali yang sangat bersejarah itu. Rasulullah saw. berkhutbah dihadapan kurang lebih 140.000 kaum muslimin saat melaksanakan wuquf di Padang Arafah. Khutbah ini terasa sangat mendebarkan, karena beliau saw. mengisyaratkan bahwa tahun depan mungkin umur beliau tidak ada lagi. Apalagi Rasulullah saw. menyampaikan ayat yang baru saja turun: “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Ku cukupkan atas kalian nikmat-Ku. Dan Aku ridho Islam sebagai agama kalian”. Sebuah ayat yang memproklamasikan bahwa Islam telah sampai ke puncak kejayaan, telah sampai kepuncak kesempurnaan.

Umar ibnul Khattab, yang selama ini dikenal tegar dan bersikap tegas terhadap seluruh persoalan, menangis tersedu-sedu. Demikian pula dengan shahabat-shahabat yang lain. Terbayang tantangan hebat dimasa depan. Terbayang kehidupan tanpa Rasulullah saw. Terbayang setelah puncak tentu hanya akan ada turunan. Bagaimana perasaaan Rasulullah saw dan para shahabatnya kala melaksanakan haji yang pertama kali ini?

Bagaimanakah perasaan mereka saat melangkahkan kaki menuju lapangan sembari menggemakan takbir, tahmid dan tahlil? Dapatkah kita bayangkan, seandainya Khadijah hadir disisi Rasulullah saw. serta dapatkah kita bayangkan seandainya Yasir dan Sumayyah juga turut hadir bertakbir pada hari yang bersejarah ini?

Dapatkah kita bayangkan seandainya 14 shahabat pilihan, yang syahid di Badr juga menyaksikan puncak kejaan Islam ini bersama-sama isteri-isteri dan anak-anak mereka? Lalu bagaimanakah perasaan janda-janda serta para aitam itu? Semua pertanyaan ini, larut dalam haru biru kegembiraan hakiki. Hari itu jiwa mereka tenggelam dalam kesyahduan iman, menyatu dengan hakekat kehendak Allah swt, dan dengan jiwa taqwa mereka. Kegembiraan mereka dipagi yang cerah itu, lima belas abad yang silam, tumpah ruah dalam alunan gema takbir, tahmid, tahlil dan tasbih. Ternyata Haji bukan sekedar ibadah ritual saja, melainkan dia merupakan puncak perjuangan jihad Islam sebagaimana sabda nabi saw.: “Jihad yang paling utama itu adalah haji yang mabrur” (HR. Bukhari)

Allahu Akbar, Allauhu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamd

Semangat pengorbanan ini juga telah dicontohkan oleh nabiyullah Ibrahim as. Semangat rela berkorban dalam menegakkan kebenaran. Pada masa mudanya beliau rela dibakar hidup-hidup, setelah menghancurkan patung berhala Raja Namrud. Allah menyelamatkan Ibrahim as. dengan firman: “Wahai api jadilah dingin, dan Kami selamatkan Ibrahim”. Bahkan ujian dari Kekasih terhadap kekasih, tidak cukup sampai disitu. Setelah berusia tua, lama tidak punya anak, begitu lahir putra pertama beliau –Ismail-, bukan kepalang senang hati beliau.

Namun Allah swt. memerintahkan untuk mengantarkan si buah hati ke sebuah lembah yang bernama Makkah. Berdua dengan Siti Hajar, ibunda Ismail, mereka ditinggalkan di sebuah lembah yang tak ada seorangpun dan tidak ada sesuatu apapun disana. Lama tak berjumpa, kerinduan akan bersua. Setelah sang anak beranjak remaja, masa-masa kebanggaan seorang ayah terhadap seorang putra, kemudian Allah memerintahkan untuk menyembelih buah hati tercinta.

Pisau telah diasah dan ditajamkan. Ismail sudah dibaringkan. Hati-hati pisau tersebut secepat mungkin diayunkan. Penyembelihan benar-benar terjadi, darah segar dan hangat memancar membasahi tangan Ibrahim. Sampai disini, sesungguhnya Ibrahim as masih sangat yakin telah menyembelih Ismail, darah dagingnya. Akan tetapi Allahu Akbar, walillahil hamd. Allah telah mengganti kurban tersebut dengan seekor qibas. Ujian serta pengorbanan yang sangat berat telah dilalui oleh seorang nabi, Khalilullah, kekasih Allah tersebut.

Sekarang, marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing!
Bagaimana kwalitas pengorbanan kita serta ibadah kita, adakah kita telah sungguh-sungguh beruswah kepada Rasulullah saw. teladan kita? Atau kepada Ibrahim as. –nabi yang telah mencontohkan sikap loyalnya dan setia. Iedul Adha bermakna Hari Raya Qurban, hari raya kepedulian kita kepada saudara-saudara kita yang miskin dan dhu’afa, yang ditimpa PHK yang membutuhkan uluran tangan kita. Berkurban untuk saudara-saudara seiman kita. Cara Rasulullah saw mencontohkan kepada kita bagaimana ummat Islam menghadapi krisis ini.

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt agar Allah swt melimpahkan keberkahannya kepada kita. Dan tunjukkanlah pengharapan kita hanya kepada Allah swt. Mari perkuat hablum minallah kita.
“Dan kepada Rabbmu tunjukkanlah pengharapan”

2. Kembali kejalan Allah, cara-cara yang diridhoi oleh Allah swt. Tinggalkan system bunga dan ribawi, kembali kepada sistem ekonomi Syari’ah.
“Dan inilah jalanKu yang lurus, ikutilah. Dan janganlah kalian ikuti cabang-cabang yang memisahkan kalian dari jalanNya”.

3. Perkuat ukhuwwah Islamiyyah diantara kita sesame ummat Islam, dalam bentuk hablum minannas, saling mempersaudarakan, saling tolong, saling memperhatikan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
”Bukankah balasan suatu kebaikan adalah kebaikan pula”

4. Upaya yang maksimal:
“Allah tidak membebani engkau dengan apa-apa yang tidak sanggup memikulnya..”
Indonesia bisa bangkit, kita bisa keluar dari krisis ini, sebab anugerah Allah swt luar biasa dilimpahkan atas negeri ini. SDA, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dll. Dan ada sisi lain yang penting untuk dikembangkan yaitu entrepreneurship, jiwa pedagang. Indonesia pasar besar.
“Pintu rezeki ada 20, dan sembilan belas dari dua puluh itu adalah perdagangan”(Al-hadits).
Mudah-mudahan Allah swt menjauhkan krisis dan musibah ini dari kita dan juga anak cucu kita beserta seluruh bangsa Indonesia ini. Semoga pula tidak terjadi musibah didalam agama kita. Amien Ya mujibas sailin.

Hadirin dan Hadirat, marilah kita tutup khutbah ini dengan memanjatkan do’a kehadapan Rabbul asbab.

0 komentar: